Hadits: Kecewa Berharap Pada Manusia, Putus Asa atau Hikmah?

Banyak di antara kita yang pernah merasakan kecewa akibat berharap banyak pada manusia. Hal ini tentu sangat wajar, karena manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi dan tidak jarang membangun ekspektasi satu sama lain. Namun, apakah perasaan kecewa itu mengarah pada putus asa atau merupakan bentuk dari hikmah? Dalam konteks hadits, pembahasan ini menjadi sangat menarik.

Mengawali pembahasan, ada sebuah hadits dari Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA: Janganlah kamu memberi manfaat kepada seseorang lalu kamu merasa telah memberinya nikmat, dan janganlah kamu mendatangkan malapetaka kepada seseorang lalu kamu merasa telah menimpakan bencana padanya. Sesungguhnya Allah-lah yang memberikan manfaat dan menimpakan malapetaka. (HR Muslim). Hadits ini memberikan pemahaman bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita sejatinya ditentukan oleh Allah SWT, bukan oleh manusia.

Menaruh harapan pada manusia hingga titik tertentu adalah hal yang manusiawi. Namun jika harapan tersebut menjadi berlebihan dan tidak sesuai kenyataan, maka rasa kecewa akan muncul. Kekecewaan ini bukan berarti harus dipandang sebagai sumber putus asa. Sebaliknya, kekecewaan seharusnya bisa dijadikan pelajaran untuk lebih bijak dalam menempatkan harapan.

Sudut pandang lain tentang hadits ini adalah bahwa setiap individu hanya bertanggung jawab atas niat dan usahanya sendiri. Hasil yang diperoleh merupakan kehendak Allah SWT. Oleh karena itu, jika seseorang mengharapkan sesuatu dari orang lain dan tidak memperolehnya, bukan berarti orang tersebut patut disalahkan. Sebab, hasil tersebut sejatinya ditentukan oleh Allah SWT.

Dalam hal ini, kecewa bisa menjadi hikmah jika kita dapat mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Pahitnya pengalaman kekecewaan seharusnya membuat kita lebih menyadari bahwa hanya kepada Allah lah tempat kita menaruh harapan yang sebenarnya. Kekecewaan yang dirasakan juga membuka kesempatan bagi kita untuk belajar mengenai sabar dan tawakal.

Menyimpulkan pembahasan, dalam konteks hadits, kecewa berharap pada manusia bukanlah suatu bentuk putus asa melainkan hikmah jika dapat diambil pelajarannya. Kita diajarkan untuk memahami bahwa segala apa yang terjadi dalam hidup ini semata-mata karena izin dan kuasa Allah SWT bukan manusia. Dengan memahami hal ini, diharapkan kita bisa lebih bijaksana dalam menempatkan harapan dan lebih sabar serta tawakal ketika menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan harapan.